Rabu, 15 Juni 2011

Juli Yang Mana? Tenang, Aku Akan Tetap Ada

Senyumku tak pernah padam semenjak ucapmu kala itu
Akhirnya kau lepaskan rantai yang membekap aku
Ya, apa sulitnya mengatakan itu?
Apa susahnya mengucapkan kata itu?
sekedar kalimat singkat tanpa koma ataupun ribuan titik
sekedar kalimat singkat tanpa tanda petik
Namun kau buat aku menunggu hingga air mataku tak sanggup lagi menitik
Andai kau ucap sejak awal kau diseret pergi
Mungkin tak akan aku menahan perih sebesar itu
Mungkin tak akan aku berendam dalam air mataku
Mungkin tak akan aku biarkan raunganku membuncah
Aku mengenalmu...
Walau mungkin tak cukup tahu, tapi setidaknya aku mengerti
Kau memang begitu, tak pernah mampu merangkai kata mutiara
Kau memang begitu, tak pernah bisa berlaku layaknya seorang yang sedang jatuh cinta
Namun aku suka semua
Tak apa, kasih..
Aku mengerti semua
Tak usah kita hiraukan ucap mereka
Tak usah kau khawatir kan ku telan opini mereka
Karena dirimu sudah ada di kepalaku terlebih dahulu
aku lebih tahu
maka tak perlu kau ragu

Kau pinta aku menunggu walau tak kau jelaskan menunggu untuk apa dulu
apakah menunggu untuk kembali
atau menunggu untuk mati?
Aku tak berani berharap hingga semua pasti, kasih..

Kau minta aku menghubungimu di bulan itu
hey, tidak kah kau mendengar aku menghubungimu setiap hari?
ku panggil kau setiap hari melalui hati

Kau pinta kau menghubungimu di bulan juli
Hey, juli yang mana?
Masih akan tetap ada bulan bernama JULI hingga seratus tahun nanti

Namun, tenanglah kasih
tak akan ku buat engkau seperti aku
tak akan ku buat engkau penuh galau dan bimbang seperti aku saat itu
tak akan ku buat engkau berduka seperti aku
aku tetap akan menanti sampai juli nanti
Sampai Juli yang manapun aku tetap ada...

Love My Nobitaa [16.06.2011]

Minggu, 12 Juni 2011

Aku Merindukanmu

Aku merindukanmu seperti bunga yang merindukan mentari di pagi hari
Ku rindukan engkau menghiasi hidupku seperti kertas buram yang merindukan bait puisi tertulis di atasnya
Aku merindukanmu layaknya dedaunan merindukan embun
Aku merindukanmu bagaikan bunga sedap malam merindukan bulan
Ku rindukan engkau seperti langit yang merindukan pelangi
Aku merindukanmu layaknya sekumpulan padi menanti sang petani
Ku rindukan engkau layaknya awan yang merindukan angin
Ku rindukan engkau seperti paru yang merindukan udara mengisinya
Namun,
akupun akan dengan ringan melepasmu seperti bungan yang dengan tenang melepas mentari pagi saat berganti dengan malam
akupun akan tetap tersenyum menantimu seperti kertas buram yang tenang menanti bait puisi tertulis di atasnya

akupun akan tetap sabar seperti dedaunan yang tak marah ketika embun tak menghampirinya
akupun akan tetap tegar layaknya bunga sedap malam yang tak protes ketika bulan menghilang
akupun akan tetap cerah seperti langit yang biru walau tak dihiasi pelangi
akupun akan tetap gembira bagaikan sekumpulan padi yang tetap tumbuh walau sang petani harus pulang menuju peraduan
akupun akan tetap ada untukmu bagai awan yang tak menghilang walau tak ada angin disisinya
akupun akan tetap tegar mencintaimu seperti paru yang tak marah walau udara tak lagi memenuhinya
karena aku sadar, hal di dunia pasti berganti, berubah, tak pernah pasti.
aku mencintaimu wahai lelaki
Apapun yang terjadi nanti akan ku coba terima dan pahami

Love My Nobitaa [03.06.2011, edited on 13.06.2011]

Masih

Aku masih duduk dalam penantianku
Duduk manis dengan senyum, menanti kepastianmu
Aku menantimu bukan hanya karena cintaku padamu
namun juga karena cintaku padaNYA
Aku tahu penantianku mungkin akan lama dan tak mesti berbuah manis nantinya
namun, cintaku padaNYA membuatku tenang menerima hasil penantianku kelak
di suatu saat...
Aku sadar, cinta bukanlah hak untuk memiliki
melainkan, sebuah amanah yang dititipkan
Karena itu ku ringankan pertanggungjawabanmu dengan tidak menuntut cintamu untukku
Aku mencintaimu wahai lelaki
Bukan karena rupa atau hartamu, melainkan hatimu

Love My Nobitaa [created on 01.06.2011]
our moment...

Teruslah Mengais Aku Dalam Otakmu

Menetes peluhku janganlah kau acuhkan
Rasakan sedikit agar kau tahu pahitnya aku
Ucap belenggumu janganlah kau makan
Teguklah rasaku agar kau tersadar
Jangan biarkan belenggumu mengencang
Mengalahkan untaian rasamu yang kau ucap tak terhingga untukku
Coba sentuh sedikit aku di sini
Seperti dulu kau belai jiwaku, kau genggam nadiku
Kenanglah manis canda yang dulu kau bangga
Layaknya dulu senantiasa kau tenggak sukma
Terjagalah sejenak demi kita
Bagaimana dulu kita menatap terbit mentari penuh senyum bahagia
Rabalah detak jantungku
Sebagaimana engkau peluk nafasku dulu
Rasakan aliran darahku saat ini
Seindah dulu kau kecup nadiku
Perjuangkan kita, kasih
Semegah genderang cinta yang kau tabuh waktu itu
Janganlah melemah, kasih
Tegaplah seperti saat kau ucap cinta aku
Cobalah sejenak berjalan mundur
Jejaki tapak kakimu yang kau ukir di hatiku
Rasakan benih api pengorbanan yang kau tebar untukku
Peluklah lagi debu – debu yang kita kumpulkan bersama
Ciumlah hembusan nafas ucap mesramu ketika itu
Kerik lagi jantungmu dan lihatlah aku
Gali lagi ingatanmu dan sentuhlah kenangan kita yang tertunduk di situ
Kais lagi otakmu dan temukan namaku
Buka lagi lemarimu dan temukan sisa kulitku di bajumu
Genggam tanganmu dan temukan sidik jariku di situ
Rabalah dinding hatimu dan selamatkan senyumku di sana
Jangan biarkan aku berjuang sendiri, kasih
Tengoklah aku sedikit
Tengok hatiku yang tersedu
Tengoklah aku terisak mengukir namamu dengan kukuku
Memar di tubuhku jangan kau acuhkan
Lebam di hatiku jangan kau biarkan
Butiran perih yang mengalir itu tolong kau hentikan
Kais lagi otakmu, kasih

Love My Nobitaa, [11.06.2011]

Lalu Batu Itu Haruskah Kau Diamkan

Ingatkan aku bahwa kita tak pernah saling tahu
Ingatkan aku bahwa kita tak pernah menyatu
Ingatkan aku bahwa kita tak pernah ada
Ingatkan aku bahwa kita tak pernah berkata cinta
Ingatkan aku tentang aku, tak pernah ada kita
Tapi, aku lupa..
Yang ku ingat sangat manis adanya
Yang ku ingat jutaan indahnya
Yang ku ingat kau selalu memuja
Perlu kau korek otakmu lagi, kasih
Perlu kau tilik ke dalam hatimu
Gali lah pangkal lidahmu
Agar kau ingat ceceran darah di hatiku yang mengalir bekas gorokanmu
Perlu kau ingat gumpalan pahit yang ku telan
Lihatlah janjimu yang mengalir bersama darahku
Perlukah ku torehkan di keningmu?
Agar kau ingat besarnya harap yang kau teteskan
Ingatlah ucapmu yang ku kutip di otakku
Perlukah ku balur di kepalamu?
Agar kau tahu seberapa besar dukaku karenamu
Pernahkah kau pikirkan lagi ucapmu tentang aku?
Untaian cinta yang kau lantunkan
Genderang perjuangan yang kau tabuh
Keras hati yang kau utarakan
Semua yang tadinya kau kata demi kita.
K.I.T.A
Ku kira kita terus berjuang bersama
Membelah lautan berdua
Mendaki langit bersama
Kau kata akan berusaha
Namun, kini aku bodoh sendiri
Aku berjuang sendiri
Pahit sendiri
Terisak sendiri
Tolong, jangan biarkan aku terseok – seok sendiri
Penuh nanah berbalut nista berjuang demi kita
jangan biarkan aku terisak bersama sepi
tolong aku, kasih
Kepercayaanku janganlah kau lempar ke tempat sampah
Janjimu janganlah kau koyak sementara kau biarkan aku penuh darah
Sentuhlah lagi bayangku
selami lagi dalamnya rasaku
agar kau tahu seberapa ada aku untukmu
jangan tertidur dalam gua yang memaksamu
jangan lelap dalam kolong ranjangmu
jangan lupakan aku yang selalu terjaga demi engkau
ingatlah aku yang meniti air demi engkau
ingatlah aku yang penuh gores demi engkau
ingatlah aku yang menghitam legam demi engkau
ingatlah aku yang mandi peluh demi engkau
lihatlah aku yang penuh isak dan ingus demi engkau
cabikan sepedih apapun, cambukan seperih apapun tak pernah ku hiraukan
maka berjuanglah juga, kasih
jangan biarkan ku salib tubuhku sendiri demi engkau
ku bangun titian menuju engkau, maka jangan engkau hancurkan
aku mencoba, berusaha, bukan demi aku ataupun engkau, namun kita
mana keringatmu untuk kita
mana darahmu demi kita
mana pedihmu untuk kita
berjuanglah demi cintamu yang ku harap kau rasa tak hanya dulu
lukislah hidupmu sendiri, dan aku tahu kau ingin lukis aku
jangan biarkan apapun belenggu tanganmu
jangan biarkan apapun memasung cintamu untukku
jangan biarkan apapun merantai perjuanganmu untuk kita
rasakan aliran nanah di hatiku
jilatlah segarnya darah yang mengucur deras di mataku
kecaplah perihnya luka yang tertoreh rantai kakimu
bantu aku
bantu K.I.T.A

Love My Nobitaa, [10.06.2011]

Jangan Hapus Bayangmu

Ku bebaskan engkau datang dalam hidupku
Ku izinkan engkau kikis darah dan nanah dalam hatiku
Ku lepaskan semua kunci yang ku tahu
Ku siapkan ruang untuk dirimu
Maka jangan sekali – kali engkau menagih dirimu kembali
Karena dirimu adalah aku
Lalu jangan sia – siakan tempat luas untukmu
Jangan biarkan kosong apalagi menyusut
Jangan biarkan menghilang apalagi tenggelam
Namun, jika kau inginkan ruang yang lebih dalam
Carilah!
Carilah sendiri!
Tak kan kau temukan yang seperti ini
Tak kan kau miliki lagi yang seperti ini
Jikalau engkau rasa ada yang lebih indah
Maka mungkin matamu telah bernanah
Atau mungkin dadamu telah berpalang
Dan mungkin saja hatimu dipenuhi arang
Jangan salahkan aku akan itu, sayang
Kalau kau harus pergi, silakan.
Namun jangan hapus bayangmu dari wajahku
Karena engkau yang melukis senyum manis di wajahku dengan bayangmu
Jangan lepas dirimu dari hatiku
Jangan coba – coba merenggut aroma tubuhmu dari kulitku
Jangan pernah menggerus bekas bibirmu di keningku
Jangan lah engkau koyak peluhmu yang menyatu dengan aku
Mereka milikku, bukan engkau
Jikalau kau ingin pergi, maka pergilah
Namun, tidak dengan mereka
Bawa lah engkau sendiri, jangan bawa mereka
Karena mereka untukku, telah menyatu dengan aku
Jangan engkau ambil surgamu yang melekat dalam aku
Karena tidak, tidak aku mampu, tidak engkau mampu
Semua sudah jadi aku
Bukan lagi engkau
Jangan berkata semua itu engkau yang beri
Karena mereka datang sendiri bersama desiran angin, berlarut di aliran air
Bukanlah engkau yang lekatkan semua itu
Mereka melekat berkat sesuatu yang kau lupa rasa dan bentuknya bagaimana
Sesuatu yang kau bilang selalu ada, namun sekarang kau lupa
Maka jangan rampas mereka dariku, cukuplah engkau yang pergi
Tak ada penyesalan yang harus kau lukis
Karena mereka semua milikku, bukan engkau
Pergilah, aku tak akan sendiri
Mereka semua ada, masih ku simpan rapat di dalam jiwa
Terbungkus rapi seperti mula saat pertama ada
Bukanlah engkau yang ku punya, melainkan mereka
Pergilah, mereka milikku yang selalu ada
Masih ku peluk erat di dalam dada
Dalam kantung sampah ber-merk cinta

Love My Nobitaa, [08.06.2011]

Izinkan Aku Berucap Tentang Engkau

Terima kasih telah hadir dalam hidupku
Kau sematkan cahaya di sudut hatiku yang telah lama curam
Kau taburkan senyum di wajahku yang telah lama muram
Kau memang tak bisa melukiskan aku dalam keromantisan
Namun, ucap polosmu mampu mengukir jutaan warna di wajahku
Kau memang tak mampu memuji aku dengan jutaan kata mutiara
Namun, pujian lugu tak tersajak yang kau beri adalah alasan merekahnya senyum di hatiku
Kau memang tak mau menjanjikan masa depan gemerlap bersamaku
Namun, cinta yang kau saji saat ini adalah alasanku tetap tegar di sisimu

Terima kasih telah menghiasi waktuku
Menorehkan pelangi di jiwaku
Menyalakan lilin di sudut hatiku
Menegakkan kembali makna – makna cinta suci yang sempat rapuh
Memang engkau tak sempurna
Namun, ketulusanmu adalah kesempurnaanmu

Aku sadar, bahagia kita adalah amanah yang dititipkan-Nya
Karena itu aku sadari sepenuhnya bahwa,
Mungkin kelak kita tak begini lagi
Namun, aku berjanji aku akan tetap tersenyum
Karena bukan berapa sisa waktuku bersamamu yang aku khawatirkan
Melainkan tiap milidetik yang kita lewati bersama adalah
kenangan yang tak kan terulang ataupun tergantikan

Dan aku sudah cukup bahagia mengingat hal itu, kasih…
Bahwa aku pernah menghembuskan nafas
dan mendengarkan jantungku berdetak bersamamu
Bahwa aku pernah mengedipkan mata
dan merasakan aliran darahku saat bersamamu

Bukanlah berapa langkah di depan sana
yang mungkin akan ku lalui tanpamu yang harus ku tangisi
Melainkan berapa jejak yang telah kita ukir bersama lah yang membuat aku tegar
Membuatku tenang karena pernah mengukir kenang bersamamu
Pernah menoreh rindu untukmu
Pernah melukis bahagia atas engkau

Aku sadar penuh setajam apa kerikil yang harus ku hadapi
Aku tahu sekelam apa terjangan ombak yang harus ku tenangkan
Aku tahu securam apa balada yang harus ku lewati
Karena itu, kasih
Aku tak mampu berandai – andai
Akankah tercipta pelangi setelah badai nanti?
Atau akankah ada bunga yang mekar setelah kemarau kelak?
Mungkinkah ada siang yang hadir setelah malam yang gelap?
Atau haruskah aku tertidur saja setelah gulita?
Aku hanya berani mengingat merdunya angin yang telah berhembus
Mengumpulkan tiap debu yang kita dapat
Menciumi jalan setapak yang kita lewati
Bukan aku berputus asa,
Hanya saja, berserah adalah favoritku untuk hal begini

Perlu kau tahu,
Setiap katamu, tiap titik komamu, tiap susunan kalimat tak bersajakmu
Setiap ucapmu, tiap candamu, tiap gelak tawamu, tiap gurih senyummu
Setiap hal tentangmu adalah berharga untukku
Karena,
Tak mampu aku berandai apa yang akan kita ukir nanti
Tak kuasa aku menghayal semanis apa jalan yang kita lalui nanti
Tak bisa aku bercita – cita melebihi langit tingginya
Aku hanya berani mengais tiap kenangan yang mungkin tampak tak berharga
Aku hanya berani mengikis tiap detik yang kita lewati
Lagipula,
Mana ku tahu kita begini sampai kapan
Mana bisa ku tebak canda mesra kita akankah terhenti
Mana bisa ku terka senyum manismu akankah ku lihat selalu
Mana mampu ku meramal akankah kita abadi
Andai bisa ku bekukan, maka ingin aku membekukan
tiap millisecond tentang engkau lalu ku simpan untuk aku kenang
Jika terbesit kembali besarnya karang yang harus kita runtuhkan
Jangan khawatirkan aku, kasih
Terus berusaha aku,
tak kan terluka walau karang itu kelak menggerus tubuhku
tak kan mundur walau karang itu kelak menghujam aku, merajam hatiku
tak kan hancur walau karang itu kelak mengoyak jantungku
Sungguh, bukan perpisahan kita yang ku takutkan
Membayangkan apa yang mungkin kan engkau hadapi lah yang membuatku luka

Terima kasih atas pengorbananmu, kasih
Keras hatimu untuk kita
Tulusmu yang luar biasa
Kasihmu yang ku rasa
Sudah cukup memenuhi kanvas yang aku simpan atas namamu

Aku mencintaimu wahai lelaki
Kau sudah buat aku mengukirmu dalam hatiku

Love my Nobita... [15.05.2011]