Terima kasih telah hadir dalam hidupku
Kau sematkan cahaya di sudut hatiku yang telah lama curam
Kau taburkan senyum di wajahku yang telah lama muram
Kau memang tak bisa melukiskan aku dalam keromantisan
Namun, ucap polosmu mampu mengukir jutaan warna di wajahku
Kau memang tak mampu memuji aku dengan jutaan kata mutiara
Namun, pujian lugu tak tersajak yang kau beri adalah alasan merekahnya senyum di hatiku
Kau memang tak mau menjanjikan masa depan gemerlap bersamaku
Namun, cinta yang kau saji saat ini adalah alasanku tetap tegar di sisimu
Terima kasih telah menghiasi waktuku
Menorehkan pelangi di jiwaku
Menyalakan lilin di sudut hatiku
Menegakkan kembali makna – makna cinta suci yang sempat rapuh
Memang engkau tak sempurna
Namun, ketulusanmu adalah kesempurnaanmu
Aku sadar, bahagia kita adalah amanah yang dititipkan-Nya
Karena itu aku sadari sepenuhnya bahwa,
Mungkin kelak kita tak begini lagi
Namun, aku berjanji aku akan tetap tersenyum
Karena bukan berapa sisa waktuku bersamamu yang aku khawatirkan
Melainkan tiap milidetik yang kita lewati bersama adalah
kenangan yang tak kan terulang ataupun tergantikan
Dan aku sudah cukup bahagia mengingat hal itu, kasih…
Bahwa aku pernah menghembuskan nafas
dan mendengarkan jantungku berdetak bersamamu
Bahwa aku pernah mengedipkan mata
dan merasakan aliran darahku saat bersamamu
Bukanlah berapa langkah di depan sana
yang mungkin akan ku lalui tanpamu yang harus ku tangisi
Melainkan berapa jejak yang telah kita ukir bersama lah yang membuat aku tegar
Membuatku tenang karena pernah mengukir kenang bersamamu
Pernah menoreh rindu untukmu
Pernah melukis bahagia atas engkau
Aku sadar penuh setajam apa kerikil yang harus ku hadapi
Aku tahu sekelam apa terjangan ombak yang harus ku tenangkan
Aku tahu securam apa balada yang harus ku lewati
Karena itu, kasih
Aku tak mampu berandai – andai
Akankah tercipta pelangi setelah badai nanti?
Atau akankah ada bunga yang mekar setelah kemarau kelak?
Mungkinkah ada siang yang hadir setelah malam yang gelap?
Atau haruskah aku tertidur saja setelah gulita?
Aku hanya berani mengingat merdunya angin yang telah berhembus
Mengumpulkan tiap debu yang kita dapat
Menciumi jalan setapak yang kita lewati
Bukan aku berputus asa,
Hanya saja, berserah adalah favoritku untuk hal begini
Perlu kau tahu,
Setiap katamu, tiap titik komamu, tiap susunan kalimat tak bersajakmu
Setiap ucapmu, tiap candamu, tiap gelak tawamu, tiap gurih senyummu
Setiap hal tentangmu adalah berharga untukku
Karena,
Tak mampu aku berandai apa yang akan kita ukir nanti
Tak kuasa aku menghayal semanis apa jalan yang kita lalui nanti
Tak bisa aku bercita – cita melebihi langit tingginya
Aku hanya berani mengais tiap kenangan yang mungkin tampak tak berharga
Aku hanya berani mengikis tiap detik yang kita lewati
Lagipula,
Mana ku tahu kita begini sampai kapan
Mana bisa ku tebak canda mesra kita akankah terhenti
Mana bisa ku terka senyum manismu akankah ku lihat selalu
Mana mampu ku meramal akankah kita abadi
Andai bisa ku bekukan, maka ingin aku membekukan
tiap millisecond tentang engkau lalu ku simpan untuk aku kenang
Jika terbesit kembali besarnya karang yang harus kita runtuhkan
Jangan khawatirkan aku, kasih
Terus berusaha aku,
tak kan terluka walau karang itu kelak menggerus tubuhku
tak kan mundur walau karang itu kelak menghujam aku, merajam hatiku
tak kan hancur walau karang itu kelak mengoyak jantungku
Sungguh, bukan perpisahan kita yang ku takutkan
Membayangkan apa yang mungkin kan engkau hadapi lah yang membuatku luka
Terima kasih atas pengorbananmu, kasih
Keras hatimu untuk kita
Tulusmu yang luar biasa
Kasihmu yang ku rasa
Sudah cukup memenuhi kanvas yang aku simpan atas namamu
Aku mencintaimu wahai lelaki
Kau sudah buat aku mengukirmu dalam hatiku
Love my Nobita... [15.05.2011]