Aku merindukanmu seperti bunga yang merindukan mentari di pagi hari
Ku rindukan engkau menghiasi hidupku seperti kertas buram yang merindukan bait puisi tertulis di atasnya
Aku merindukanmu layaknya dedaunan merindukan embun
Aku merindukanmu bagaikan bunga sedap malam merindukan bulan
Ku rindukan engkau seperti langit yang merindukan pelangi
Aku merindukanmu layaknya sekumpulan padi menanti sang petani
Ku rindukan engkau layaknya awan yang merindukan angin
Ku rindukan engkau seperti paru yang merindukan udara mengisinya
Namun,
akupun akan dengan ringan melepasmu seperti bungan yang dengan tenang melepas mentari pagi saat berganti dengan malam
akupun akan tetap tersenyum menantimu seperti kertas buram yang tenang menanti bait puisi tertulis di atasnya
akupun akan tetap sabar seperti dedaunan yang tak marah ketika embun tak menghampirinya
akupun akan tetap tegar layaknya bunga sedap malam yang tak protes ketika bulan menghilang
akupun akan tetap cerah seperti langit yang biru walau tak dihiasi pelangi
akupun akan tetap gembira bagaikan sekumpulan padi yang tetap tumbuh walau sang petani harus pulang menuju peraduan
akupun akan tetap ada untukmu bagai awan yang tak menghilang walau tak ada angin disisinya
akupun akan tetap tegar mencintaimu seperti paru yang tak marah walau udara tak lagi memenuhinya
karena aku sadar, hal di dunia pasti berganti, berubah, tak pernah pasti.
aku mencintaimu wahai lelaki
Apapun yang terjadi nanti akan ku coba terima dan pahami
Love My Nobitaa [03.06.2011, edited on 13.06.2011]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar